Mushaf Cinta – Amirul Ulum
Mushaf Cinta – Amirul Ulum
Novel adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa. Kisah di dalam novel merupakan hasil karya imajinasi yang membahas tentang permasalahan kehidupan seseorang atau berbagai tokoh. Cerita di dalam novel dimulai dengan munculnya persoalan yang dialami oleh tokoh dan diakhiri dengan penyelesaian masalahnya.
Novel memiliki cerita yang lebih rumit dibandingkan dengan cerita pendek. Tokoh dan tempat yang diceritakan di dalam novel sangat beragam dan membahas waktu yang lama dalam penceritaan. Penokohan di dalamnya menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku dalam kisah yang diceritakan.
Novel terdiri atas bab dan sub-bab tertentu sesuai dengan kisah ceritanya. Adapun penulis novel disebut novelis.
Genre novel digambarkan memiliki “sejarah yang berkelanjutan dan komprehensif selama sekitar dua ribu tahun”. Pandangan ini berawal dari tradisi novela, yaitu suatu istilah dalam bahasa Italia untuk menggambarkan cerita singkat, yang dijadikan istilah dalam bahasa Inggris saat ini sejak abad ke-18.
Ian Watt, sejarawan sastra Inggris, menuliskan dalam bukunya The Rise of The Novel (1957) bahwa novel pertama kali muncul pada awal abad ke-18. Adapun Miguel de Cervantes, penulis Don Quixote, sering disebut sebagai novelis Eropa terkemuka pertama di era modern. Bagian pertama dari Don Quixote diterbitkan tahun 1605.
Saat ini, begitu banyak pilihan novel dan buku fiksi dengan genre yang sangat beragam. Salah satu genre yang paling digemari adalah sejarah. Nah, jika kalian adalah salah satu pecinta novel dengan genre sejarah, wajib tahu pilihan rekomendasi novel sejarah Indonesia terbaik berikut ini
Cite This Tampung
Jenis Bahan | Monograf |
Judul | Mushaf cinta / Amirul Ulum ; penyunting, Denny Prabowo |
Judul Asli | |
Pengarang | Amirul Ulum (pengarang) Denny Prabowo (penyunting) |
Edisi | Cetakan pertama |
Penerbitan | Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2016. |
Deskripsi Fisik | 256 halaman ; 21 cm |
Jenis Isi | teks |
Jenis Media | tanpa perantara |
Jenis Wadah | volume |
ISBN | 978-602-1695-23-4 |
Subjek | Fiksi Indonesia |
Abstrak | Dua tahun setelah kepergian sang ayah, Kiai Jazuli, Neng Azza berhasil menyelesaikan pendidikannya di Nahdlatul Wathan Banat (setingkat SMU), dengan hasil yang sangat memuaskan. Atas keberhasilannya itu, Nahdlatul Wathan memberikan beasiswa kepadanya untuk melanjutkan ke Mesir. Neng Azza sangat bahagia, keinginannya selama ini untuk memperdalam ilmunya, khususnya gramatika Arab di Mesir, terlaksana. Tidak lama setelah itu, Neng Azza mendapatkan serangkaian kejutan baru. Ada tujuh orang kiai yang hendak menjadikannya menantu. Lamaran itu datang silih berganti dengan selang waktu yang tidak lama. Namun, Neng Azzah menolaknya dengan alasan ia ingin lebih berkonsentrasi dalam persiapannya untuk melajutkan pendidiakan. Semula Umi Hamidah tidak keberatan dengan keinginan putri bungsunya, tetapi kemudian hatinya resah. Ia menginginkan Neng Azzah menikah dahulu sebelum pergi ke Mesir, agar di sana ada suami yang menjaganya. Neng Azza akhirnya menyetejui keinginan sang ibu, dengan syarat ia akan mengadakan untuk menemukan suami idamannya Sosok pria yang alim dan cerdas, melibihi dirinya. Agar kelak ia dan suami dapat meneruskan memimpin pesantren yang di wariskan ayahnya, Kiai Jazuli. |
Bahasa | Indonesia |
Bentuk Karya | Tidak ada kode yang sesuai |
Target Pembaca | Umum |